Seminar mode kedua dengan judul Kain
Tradisional Menuju Trend Internasional ini diberikan oleh perancang busana
ternama Indonesia, Ghea Panggabean, dan dimoderatori oleh Akila Suryatin. Ghea
Panggabean membuka presentasinya dengan memngatakan bahwa seorang desainer
haruslah mempunyai ciri khas atau identitas agar dapat dikenal secara luas.
Sebagai seorang desainer, Ghea Panggabean terkenal akan ciri khasnya dalam
membuat busana yang berasal dari kain tradisional Indonesia. Semua karyanya yang mempunyai style yang
modern terinspirasi dari kain-kain tradisional Indonesia. Kecintaannya terhadap
benda-benda heritage peninggalan
nenek moyang, terutama pakaian-pakaian antik seperti kebaya kuno, atau
perhiasan-perhiasan antik, menjadi inspirasinya dalam membuat suatu karya.
Sejak lama, ia mulai suka mengoleksi barang-barang heritage antik. Barang-barang kuno tersebut kemudian ia terjemahkan
dalam bentuk yang lebih modern yang sesuai dengan trend yang sedang berlaku. Baginya, sebuah benda seperti kain dan
perhiasan yang ia buat harus lah mempunyai cerita dibaliknya. Selain itu,
kesenangan Ghea mengoleksi benda-benda kuno dan kemudian di-recreate tidak lain adalah untuk
melestarikan kain tradisional Indonesia yang kaya motif.
Namun, tidak mudah bagi Ghea untuk me-recreate kain-kain kuno yang bahan dan
motifnya sangat kompleks, karena ditenun secara tradisional dan hand-made. Untuk melestarikan kain-kain
tersebut, Ghea membuat suatu replika dari kain-kain tradisional tersebut dengan
bahan yang lebih modern dan mudah dibuat seperti bahan chifon dan dikreasikan
kembali menjadi suatu mode namun dengan motif yang sama. Alasan lain dibuatnya
replika tersebut adalah karena kain-kain tradisional Indonesia yang ditenun
dengan alat tenun bukan mesin tersebut harganya sangat mahal hingga jutaan rupiah
sehingga sangat jarang yang dapat membelinya.
Ghea Panggabean telah melanglang buana ke
seluruh dunia dengan kainnya. Ia pernah diundang oleh Prince of Edinburgh,
suami dari ratu Inggris, ratu Elizabeth II. Kepergiannya ke berbagai tempat di
dunia ini selain untuk mempromosikan karya-karyanya, tetapi juga sekaligus
untuk mempromosikan betapa indah dan kayanya Indonesia melalui kain-kain
tradisional. Desainer yang dapat berbicara bahasa Prancis ini mengatakan bahwa
jika ingin berkecimpung di dunia mode, maka mau tidak mau harus dapat
menggunakan bahasa Prancis sebagai negara pusat mode dunia.
Ia menutup presentasinya dengan mengatakan
bahwa, sebuah karya, terutama kain-kain yang dibuatnya, it has to tell the history of our tradition.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar